Fakfak – Pelatihan Jurnalistik yang diselenggarakan oleh AWI atau Aliansi Wartawan Indonesia Kabupaten Fakfak, Papua Barat, akan berakhir siang ini, Minggu, 2 Peberuari 2020.
Pelatihan dengan peserta dari perwakilan Organisasi Perangkat Daerah atau OPD Pemerintah Kabupaten Fakfak, perwakilan kantor vertikal di Fakfak, mahasiswa dan wartawan ini, dibuka sehari sebelumnya oleh Sekretaris Daerah Fakfak, Drs. H. Ali Baham Temongmere, M.T.P.
Dalam sambutan pembukaan yang dilanjutkan dengan materi pelatihan dengan judul “Peran Pers Dalam Pembangunan Daerah”,
Ali Baham Temongmere yang panggilannya biasa menjadi ABT ini, membuka materinya dengan Kisah Nasi Yusuf as. yang tersebut dalam al Qur’an.
Tujuanya adalah, ABT yang merupakan anak kampung asli Kotam ini bermaksud menginspirasikan Kisah Nabi Yusuf kepada awak media di fakfak terutama yang hadir kemarin, untuk menjadikanya sebagai pelajaran berharga
Diceritakan Alibaham Temongmere yang dikenal sebagai salah satu tokoh muslim papua yang juga adalah pelaku sejarah hadirnya Undang – undang Otsus di tanah papua,
Dalam kisah yang cukup panjang itu, ABT secara gmbalng mengatakan, Nabi Yusuf saat usia anak-anak harus terpisah dari ayahnya, lantaran kecemburuan dari saudara-saudaranya.
Yusuf kecil dibuang ke dalam sumur dan akhirnya ditemukan oleh orang yang akan mengambil air dari sumur tersebut, hingga mengantarkan takdir Yusuf berada di lingkungan kerajaan.
Yusuf adalah seorang nabi yang memiliki kemampuan menafsirkan mimpi serta dikenal sebagai pemangku kuasa di Mesir yang telah menyelamatkan dunia menghadapi wabah kelaparan melalui kebijaksanaannya.
Singkat kisah, Nabi Yusuf ketika dewasa, ternyata menjadi pemuda yang ketampanannya mampu menggoda istri pembesar istana, Zulaikha hingga terjadilah aib istana dan membuat Nabi Yusuf harus dipadana penjara demi membela nama besar istana.
Dari kisah tersebut, ABT ingin menyampaikan pesan kepada wartawan dan peserta pelatihan yang hadir, bahwa pewarta harus memberitakan hal nyata yang terjadi dan tidak boleh menyembunyikan fakta yang sebenarnya.
“Dari kisah tersebut, kita bisa menangkap adanya upaya pihak kerajaan untuk menyelamatkan nama baik istana, dengan mengorbankan Nabi Yusuf yang berada diposisi yang benar atau tidak bersalah. Raja dan hakim tahu, bahwa Nabi Yusuf benar, tetapi demi menjaga nama baik kerajaan, Nabi Yusuf dikorbankan dan dipenjara,” ujar ABT.
“Maka itu, belajar dari kisah tersebut, saya berharap, dalam suasana memperingati Hari Pers Nasional ke 74 tahun 2020 itu, wartawan bisa menyampaikan informasi dengan benar, akurat dan harus dapat dipertanggung jawabkan” lanjutnya.
ABT juga berharap wartawan menjadi mitra bagi pemerintah daerah, selain menjadi alat kontrol pemerintah, Pers juga harus memberitakan hasil pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah,
“Wartawan harus jujur dan prefosional dalam menyampaikan informasi positif terkait perkembangan pembangunan daerah terutama di Kabupaten Fakfak”, Pesan Pace ABT (sapaan) pendek ini, (RR)