Fakfak – Pernyataan Mantan Ketua Umum HMI Cabang Fakfak, Rahman Patur soal SDA Papua berlimpah yang harus dikelola oleh anak – anak papua sendiri namun mereka lebih cenderung sebagai ASN seakan-akan pekerjaan satu-satunya ditanah papua ditanggapi Ketua ASPAP Fakfak, Siofanus Irafam Kareth, ST
Menurut Kareth, pernyataan tersebut keliru, “Saya Siofanus Irafam Kareth,ST, sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Anak Pribumi Kabupaten Fakfak tidak sependapat dengan apa yang di sampaikan Mantan Ketua Umum HMI Cabang Fakfak, Rahman Patur dimedia mataradarindonesia.com edisi, minggu, 2 Agustus 2020 dengan judul : SDA Papua Berlimpah, Rahman Patur : Jangan ASN Sebagai Tujuan Akhir, mengapa ?
Menurut dia, Untuk menjadi pengusaha besar lebih khusus bagi mereka anak-anak papua tidak segampang yang disampaikan Rahman Patur, apalagi menyangkut pengelolan sumber daya alam di tanah papua,
“Memang benar papua memiliki sumber daya alam yang berlimpah namun untuk sampai ke tujuan itu tidak segampang membalik telapak tangan karena pasti terpontang panting, bahkan jalanya tertate-tate, “Keras kawan”, Jelasnya.
Kemudian menyangkut proses pemberdayaan pengusaha papua, dikatakan Kareth bahwa, saat ini ada sekitar kurang lebih 200 pengusaha anak negeri yang tergabung diwadah Asosiasi Pengusaha Anak Pribumi yang terakomodir didalam ASPAP Kabupaten Fakfak, belum lagi asosiasi yang lain, persoalan kemudian,
Berapa banyak pengusaha anak negeri yang dibina oleh pemerintah daerah, provinsi dan kabupaten/kota yang kemudian diberdayakan dari Dana Otonomi Khusus, ? ini yang jadi persoalan dan hampir tidak bisa dijawab dijelaskan pemangku kepentingan siapapun didaerah,
“Kita berbicara itu gampang tetapi untuk mempraktekannya susah paket paling yang dikasih jumlahnya tidak seberapa, contoh paket dari dana Otsus 100.000.000 dipotong pajak PPH 2% PPN 10, berarti bersihnya 80 jutaan hitung-hitung untung berkisar 30 jutaan terus dengan kebutuhan sehari-hari apakah cukup atau tidak ini saya berbicara menyangkut penghasilan pertahun”, Tanya dia,
“Apalagi mau jadi pengusaha besar yang mengolola SDA yang berlimpah di tanah papua ini, aduh rumit, coba Pak Patur berusaha menjadi pelakunya dulu”, Tambahnya
Yang menarik lagi kenapa anak-anak Papua cenderung menjadi lari ke Pegawai Negeri Sipil, karena PNS mempunyai jaminan masa depan yang jelas bisa sampai hari tua,
Dia bahkan mendukung kebijakan dan formasi penerimaan CPNS Tahun 2018 biarlah proses 80-20 terjadi karena 7-8 tahun berjalan ini tidak ada perekrutan PNS “Jadi selayaknya kesempatan ini di berikan kepada adik-adik Papua saya yang lagi mengikuti tes sekarang, karena ini hak mereka”, Ungkap Kareth.
“Dalam kesempatan ini saya mau sampaikan sekali lagi memang SDA Papua memadai tapi tidak segampang apa yang adinda Rahman Patur pikirkan, bagi saya coba adinda buka sebuah perusahaan besar mengelola sumber daya alam Papua ini, tidak gampang itu sangat butuh modal”, Jelas Irafam Kareth.
Kareth juga menanggapi adanya wacana Otsus Jilid – II, ditolak atau tidak bagi dia, sah-sah saja karean ini semua bentuk aspirasi masyarakat, “menyangkut wacana Otsus Jilid – II di tolak atau tidak bagi saya di tolak pun oke di terima pun oke”, Katanya
Dia mengatakan bahwa ketika Otsus Jilid – II diterima “YES”, tapi harus diatur baik dari pusat sehingga ke daerah tidak perlu di perdebatkan lagi, misalnya data semua jumlah penduduk orang Papua dan Papua barat kemudian uang itu di distribusikan langsung ke rekening masing-masing kepala keluarga sehingga ini sudah menjadi penghasilan pribadi setiap keluarga khusus orang Papua agar Jagan mereka bicara merdeka lagi, (ret),