Bahlil Lahadalia : “Pada saat Bapak Presiden Jokowi resmikan Bandara Siboru akan kita rangkaikan dengan Groundbreaking Pembangunan PT Pupuk Kaltim di Kabupaten Fakfak-Papua Barat”.
Fakfak – Menteri Investasi/Kepala BKPM RI, Bahlil Lahadalia, SE, M.Si saat menghadiri acara Ramah Tamah dan Halal Bil Halal Kementerian Investasi / BKPM Republik Indonesia dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Fakfak, Jumat, (6/5) malam digedung Winder Tuare mengungkapkan bahwa nilai Investasi Pupuk Kaltim yang rencana lokasinya di Kampung Fior, Distrik Arguni, Kabupaten Fakfak – Provinsi Papua Barat adalah senilai Rp. 30 Triliun lebih.
Nilai ini jika dibandingkan dengan lokasinya di Kabupaten Bintuni maka jauh lebih murah karena tidak lagi membutuhkan jumlah pipa yang sangat banyak namun ada alasan yang sangat rasional sehingga Pupuk Kaltim harus dipindahkan ke Kabupaten Fakfak yaitu adanya pemerataan pembangunan diseluruh wilayah NKRI, termasuk Kabupaten Fakfak-Papua Barat juga mendapatkan perlakun yang sama dari pemerintah pusat.
Sebelum ditetapkan di Kampung Fior, Distrik Arguni, Kabupaten Fakfak – Papua Barat, lokasi Pupuk Kaltim ini sempat diperbincangkan untuk diputuskan lokasinya di Fakfak Timur tepatnya di Kampung sangram, namun karena setelah dilakukan penghitungan ternyata menelan dana yang cukup besar sehingga pemerintah melakukan pertemuan bersama PT. Pupuk Kaltim untuk memindahkan ke Kampung Fior, meskipun sempat tarik menarik antara Kabupaten Fakfak dan Bintuni soal Investasi ini.
“Awalnya kita rencana bangun di Kampung Sangram, setelah dikalkukasikan maka panjang pipa yang harus dibutuhkan untuk mengambil gas dari Kabupaten Bintuni sepanjang 188 Kilometer, itu dari mulut sumur, Satu Kilometer Investasi pipa adalah 4 Juta Dollar atau sama dengan 56 Miliar dikalikan dengan 188 Kilometer berarti biaya untuk Tarik pipa saja sebesar Rp. 10 Triliun lebih” Urai Bahlil Lahadalia.
Menurut Bahlil jika awalnya tetap dibangun di Fakfak Timur maka dipastikan IRR (Internal Rate of Return) perusahaan tidak layak karena sampai dengan perusahaan tersebut tutup mereka, kata bahlil. tidak bisa mengembalikan modal, karena itu setelah lokasi fakfak timur dibatalkan maka dicarilah tempat yang baru dan terdapat dua lokasi yakni Kampung Fior dan Furwagi, tapi Kampung Fior lebih menguat dan potensial.
“Kalau di Kampung Fior dan dilakukan penghitungan maka IRR (Internal Rate of Return) perusahaan masuk, Kalau di Kampung Fior panjang pipa yang harus ditarik hanya 20 Kilometer lewat darat dan 60 Kilometer melalui laut,
Pipa lewat laut hitungan 1 Kilometer sebesar 4,6 Juta dollar atau sekitar Rp. 60 Miliar dikalikan dengan 60 Kilometer, Sedangkan pipa yang ditarik lewat darat totalnya 20 Kilometer dengan asumsi 1 Kilometer menelan dana 4 Juta dollar atau sama dengan Rp. 40 Miliar,
Dengan demikian pihak perusahaan harus menyediakan anggaran untuk penyambungan pipa dari Bintuni ke fakfak sekitar 2 Triliun lebih, artinya dengan adanya pergeseran dari Bintuni ke Fakfak maka Pupuk Kaltim mengalokasikan tambahan dana sebesar Rp. 2 Triliun, biaya ini lebih mahal jika dibangun di Bintuni lebih murah”, Urai Bahlil.
Bagaimana Prospek Ekonomi Kedepan ?
“Pertama, pada saat masa konstruksi tenaga kerja yang dibutuhkan kurang lebih 10 – 12 ribu orang di Kabupaten Fakfak,
Begitu masa konstruksinya selesai dan masuk masa produksi maka tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 3 ribu orang dengan kontraktor-kontraktornya.
Kedua, lapangan pekerjaan yang memenuhi syarat untuk diterima di Fakfak agar jangan dimasukkan dari luar, pastikan seluruhnya ambil dari Fakfak.
Jadi perputaran uang semasa konstruksi dan produksi itu senilai Rp. 6,4 Triliun yang saat itu beredar di Kabupaten Fakfak.”.
Pada saat Bapak Presiden Jokowi resmikan Bandara Siboru akan kita rangkaikan dengan Groundbreaking Pembangunan PT Pupuk Kaltim di Kabupaten Fakfak-Papua Barat”.