Foto bersama, Bupati dan Tim Percepatan Pemekaran Provinsi Papua Barat Tengah di Wilayah Adat Bomberay di Kabupaten Fakfak, Kamis, (2/3) di Winder tuare fakfak,
Sekretaris Daerah Kabupaten Fakfak, Drs H Alibaham Temongmere. MTP., foto ; rustam rettob/mataradarindonesia.com
Fakfak – Pada pertemuan lanjutan Ke – IV Pembahasan Percepatan Pemekaran DOB Provinsi Papua Barat Tengah di Wilayah Adat Bomberay di Kabupaten Fakfak selama dua hari yaitu, 28 Februari – 1 Maret 2023
Pertemuan yang melibatkan 4 Kabupaten di Papua Barat diantaranya, Kabupaten Fakfak, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Bintuni dan Kabupaten Teluk Wondama di Gedung Witnder Tuare. Rumah Negara Bupati.
Tentunya, keempat Kabupaten ini memiliki keinginan yang sama agar penetapan dan penempatan Ibu Kota Sementara Provinsi Papua Barat Tengah di Kabupaten yang mereka pimpin, perdebatan soal ini juga sempat memanas hingga Tim dari Binuni Walkout dari ruangan pertemuan.
Karena sempat terjadi perdebatan panas hingga membuat Tim dari Kabupaten Bintuni terpaksa harus Walkout sehingga tidak berhasil memutuskan Calon Ibu Kota Sementara Papua Barat Tengah di Wilayah Adat Bomberay,
Forum kemudian memilih keputusan lain dimana telah bersepakat bahwa masing-masing Kabupaten mengusulkan Calon Ibukota DOB Papua Barat Tengah kepada Tim Penyusun Kajian Akademik di Wilayah Adat Bomberay.
Kabupaten Fakfak mengusulkan Ibukota Provinsi Papua Barat Tengah Pemekaran dari Provinsi Papua Barat di wilayah Distrik Bomberay dan Distrik Tomage sebagai representatif nama dan kebesaran Wilayah Adat Bomberay;
Sedangkan, Kabupaten Kaimana mengusulkan Ibukota Provinsi Papua Barat Tengah Pemekaran dari Provinsi Papua Barat di wilayah Distrik Teluk Arguni dan Distrik Arguni Bawah;
Kabupaten Teluk Wondama mengusulkan Ibukota Provinsi Papua Barat Tengah Pemekaran dari Provinsi Papua Barat di wilayah Distrik Nikiwar, Distrik Windesi, dan Distrik Wamesa sebagai alternatif pertama serta titik tengah dari 4 (Empat) Kabupaten sebagai alternatif kedua;
Terakhir, Kabupaten Teluk Bintuni mengusulkan Ibukota Provinsi Papua Barat Tengah Pemekaran dari Provinsi Papua Barat harus di Kabupaten Teluk Bintuni.
Pertemuan 4 Bupati di Kabupaten Fakfak, Tim Percepatan Pembangunan Kawasan Teluk Wilayah Adat Bomberay memperlihatkan selayang pandang dan letak geografis Calon Ibu Kota Provinsi Papua Barat Tengah yang berada di Wilayah Adat Bomberay.
Tampilan. Cakupan Kawasan Bomberay, Calon Ibu Kota Provinsi Papua Barat Tengah (PBT) Wilayah Adat Bomberay.
Saat menyambangi Kantor Sekretariat Percepatan Pembangunan Kawasan Teluk Provinsi Papua Barat di Distrik Tomage bersama rombongan ramah-tamah dari Kabupaten Kaimana sekaligus menjemput rombongan yang berasal dari Kabupaten Teluk Bintuni yang melewati Aroba, Selasa. 28 Februari 2023. siang
Sekretaris Daerah Kabupaten Fakfak Drs. Ali Baham Temongmere, M.TP menyampaikan Opening Ceremony sebagai statemen penyambutan para rombongan ramah tamah. dari Kabupaten Teluk Bintuni.
Dalam ulasannya Sekda menyampaikan kilas balik upaya mendorong pemekaran Provinsi di Kawasan Teluk yang dimotorik oleh Bupati Fakfak di rezim pemerintahan Wahidin Puarada, Kaimana di rezim pemerintahan Hasan Achmad, Teluk Bintuni di rezim Alfons Manibuy dan Teluk Wondama Albert Torey.
Alibaham sapaan akrabnya BT juga menyampaikan sejogyanya bangunan yang saat ini digunakan sebagai Kantor Distrik Tomage merupakan sekretarit bersama 4 Kabupaten untuk mencetuskan gagasan mendorong Percepatan Pembangunan Pemekaran Provinsi Nuueva di Kawasan Teluk. Ujar ABT.
Dikatakan, saat itu dirinya masih menjabat sebagai Kepala Bappeda Fakfak dan ditugaskan untuk merancang sebuah Kota di Bomberay. Ketika ia menggaet Ahli Tata Kota dari Universitas Gadjah Mada dan mulai membuat Desain Kota dengan pendekatan metodologi teosentrisme mengadopsi parang tritis, gunung merapi, dan jalan Malioboro.
Lanjut ABT dengan menempatkan filosofi Gunung merapi maka Kota ini di sebut sebagai kota Satu Tungku Tiga Batu, imaginernya adalah Pantai Babo menuju ke dua gunung yaitu gunung Baham dan gunung Nabi yang secara filosofis menggambarkan perjalanan manusia menuju Sang Pencipta. Ucap ABT.
Menutup statemennya, ABT kembali bertutur jika dirinya telah lama merindukan kehadiran kota yang secara filosofis memiliki ikatan spiritual yang kuat yang dapat diejawantahkan dan merepresentasekan kehidupan satu tungku tiga batu yang merupakan perekat masyarakat di wilayah kawasan teluk ini. Tutup ABT. (ret)