*Siapa yg setia dgn perkara kecil, maka ia akan mendapatkan tanda heran satu ke tanda heran yg lain*
Kalimat nubuat di atas sgt populer di tanah Papua..Sebagai seorang muslim, nubuat kristen ini sgt cocok dgn prestasi yg ditorehkan seorang menteri ESDM, Bahlil Lahadalia ketika bersama Presiden Prabowo Subianto menghadiri peresmian smelter pemurnian logam mulia terbesar di dunia milik Indonesia di Gresik baru baru ini.
Bahlil disebut-sebut yg merupakan Menteri asal Timur Indonesia (dan identik dengan Papua) ini, mulai melakukan kerja-kerja besar tersebut semasa ia masih berada di Kementerian Investasi era Jokowi.
Dari ide hilirisasi yang ia produksi di Kementerian lama, ia membawanya hingga ke Kementerian ESDM saat ini, dan baru beberapa bulan di kementerian baru, Bahlil sudah membuat gebrakan besar dengan peresmian smelter pemurnian logam mulia di Gresik.
Untuk mengetahui siapa ini Bahlil, dan darimana ia berasal serta bagaimana ia membangun karirnya terutama dari bawah, maka tulisan pendek ini akan menjelaskan hal itu, Semua itu untuk menampik isu isu negatif yang ditujukan pada dirinya sebagai aktifis, pengusaha dan pejabat dengan langkah2 yang terukur..
*Melawan Kemiskinan; Busung Lapar & Berasal Dari Kampus Pinggiran*
Sewaktu Presiden Prabowo berpidato di kegiatan Golkar, ada kelakar ditujukan ke Bahlil sbg menteri ESDM .Biasanya yg menduduki jabatan kementerian ESDM dan investasi adalah lulusan Amerika; Harvard, Princenton, Columbia University dll..Tapi baru kali ini, ada seorang menteri di posisi strategis itu yg berasal dari Papua dan lulusan kampus tidak dikenal. Meminjam bahasa Bahlil, kampus tdk terdaftar di google.
Selain berasal dari kampus pinggiran, Bahlil memiliki riwayat pernah mengidap penyakit busung lapar..penyakit ini berkaitan dengan anak yang kurang nutrisi dan gizi..penyakit ini sudah pasti terkait dengan kemiskinan yang dialami oleh orang tuanya yang hanya berprofesi sebagai buruh bangunan, yang harus pontang panting menghidupi 9 anaknya termasuk Bahlil.
Dari situ sudah tergambarkan bagaimana kehidupan kecil Bahlil yang sangat berat ia jalani.Tapi justru dari situlah ia berkembang dan tumbuh sebagai pribadi yang kuat dan struggle di kemudian hari..Ellon Musk disruptor dunia punya kebiasaan yang membuatnya menjadi orang sukses di dunia karena ia adalah tipe yang suka menahan rasa sakit.
Saat orang sedang beristirahat dan bersantai, Ellon masih bekerja dengan ketekuman pantang mundur..Saat gagal dengan rasa sakit yang perih, Ellon justru tetap maju dgn kreatifitas baru.
*Rasa Sakit Itu Sangar Panjang*
Jika Ellon Musk merasakan rasa sakit hanya di pekerjaan, Bahlil lebih dari itu. Rasa sakit yang dilalui Bahlil dimulai dari orok, kecil, remaja hingga tumbuh dewasa..Bahkan sampai hari ini rasa sakit itu masih belum hilang..Dicibir, dipojokan hingga dianggap pembuat aib UI sbg institusi pendidikan paling terkemuka dengan gelar doktornya yg dicabut.
Tidak terhitung berapa banyak orang di negeri ini, mulai dari masyarakat biasa hingga elit kelas menengah menghujat eksistensinya. Tuduhan beragam ia terima dengan lapang dada, tanpa perlu ia melakukan pembalasan atau dendam, yang pasti rasa sakit telah membuatnya terus bekerja dan fokus .Itu sdh ia mulai dari posisi paling bawah hingga level pejabat.
Melawan keterbatasan, cibiran dan stigma buruk (sbg masyarakat kasta petani dan nelayan) dengan bekerja keras dan fokus, adalah cara terbaik dan berprestasi untuk melawan hinaan menjadi tepuk tangan dan apreseasi besar. Di level kementerian, Bahlil tdk tanggung-tanggung berdiri paling depan melawan lembaga WTO (World Trade Organisation) yang dianggapnya semena-mena terhadap kebijakan hilirisasi yang ia gaungkan di dalam negeri.
Kini gaung itu sdh menjadi kebijakan dibawah orchestrasinya yg mendorong UKMK dari bisnis level “kelas sayur” untuk naik kasta, Begitupun dengan kreasinya hingga smelter pemurnian logam terbesar di dunia bisa berdiri, bukti bahwa ia ingin bekerja untuk negaranya dengan sepenuh jiwa raganya.
Bahlil telah memberi pelajaran pada generasi muda khususnya dari timur yg cenderung emosional, angkat parang dan tombak melawan perbedaan, dgn cara yg elegan .Membuat prestasi dari hidup yg paling bawah hingga level tertinggi karir yg ia emban saat ini.
Lamadi de Lamato (Alumnus Yale University AS)