15.4 C
New York
Minggu, Oktober 19, 2025

Buy now

Napak Tilas Agama Islam Masuk Tanah Papua, Bupati Fakfak : Semangat Damai dan Menghargai

Fakfak – Pelaksanaan Napak Tilas dalam rangka peringatan 665 tahun masuknya Agama Islam di Tanah Papua dipusatkan di Kampung Gar, Distrik Furwagi, Kabupaten Fakfak, Rabu (6/8/2025) kemarin.

Kegiatan tersebut menjadi momentum penting dalam meneguhkan kembali semangat toleransi dan persaudaraan di tengah keberagaman masyarakat Fakfak, Kampung Gar sebagai lokasi peringatan karena memiliki nilai historis dan spiritual yang kuat.

Wilayah ini dikenal sebagai salah satu titik awal penyebaran Islam di Papua Barat dan membangun perdaban dari timur indonesia yang berkembang secara damai dan berdampingan dengan tradisi lokal sejak awal kemunculannya.

Bupati Fakfak Samaun Dahlan, S.Sos.,M.AP.,bersama Wakil Bupati Drs. Donatus Nimbitkendik, M.T.,turut hadir dan mengikuti prosesi napak tilas bersama para tokoh agama, tokoh adat, pemuda, dan masyarakat lintas latar belakang.

“Napak tilas ini bukan hanya mengenang sejarah, tetapi juga menegaskan bahwa sejak awal, Islam hadir di Papua dengan semangat damai dan menghargai keberagaman,” ujar Bupati Samaun Dahlan.

Ia menegaskan pentingnya merawat warisan leluhur sebagai fondasi harmoni sosial di tengah tantangan zaman.

“Inilah jati diri Fakfak: satu tungku tiga batu, simbol kebersamaan lintas iman dan budaya,” katanya.

Wakil Bupati Donatus Nimbitkendik menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi pengingat bahwa toleransi adalah fondasi kehidupan bersama di Papua Barat.

“Momen ini menyatukan kita sebagai satu keluarga besar Papua. Ini bukan semata tentang Islam, tetapi tentang kita semua yang mencintai tanah ini,” ujarnya.

Prosesi napak tilas menyusuri jejak tokoh pembawa agama Islam di Tanah Papua, yakni Abdul Ghaffar, seorang mubaligh asal Aceh yang datang dari Pulau Was ke Kampung Gar pada masa lalu.

Bupati dan Wakil Bupati bersama rombongan juga berziarah ke makam Abdul Ghaffar sebagai bentuk penghormatan terhadap peran besar  Abdul Ghaffar dalam sejarah Islam di wilayah ini.

Rangkaian kegiatan berlangsung dalam suasana khidmat dan penuh kekeluargaan. Selain napak tilas, acara diisi dengan doa bersama serta kegiatan keagamaan dan kebudayaan, sebagai bentuk penghargaan terhadap nilai-nilai luhur yang diwariskan para leluhur.

Mantan Bupati Fakfak. Wahidin Puarada mengatakan Gema peradaban Islam di tanah Papua ke- 665 Tahun yang di mulai dengan pelaksanaan napak tilas mengikuti jejak masa lalu (napak tilas) tokoh pembawa agama Islam Abdul Ghaffar (Mubaligh dari Aceh) yang menampak kakinya di Pulau Was dan berlanjut ke  Kampung Gar Distrik Furwagi.

Napak tilas mengikuti jejak Mubaligh dari Aceh Abdul Gafar yang mendarat pertama kali di Pulau Was dan berlanjut ke Kampung Gar Distrik Furwagi, Fakfak – Papua Barat pada  Selasa, 8 Agustus 1360 Masehi, bertepatan dengan 24 Ramadhan 761 Hijriyah, mulai dilaksanakan pada Rabu subuh (06/8/2025).

Kegiatan ini melibatkan Bupati Fakfak Samaun Dahlan bersama masyarakat Furwagi dan Teluk Patipi dari berbagai agama sebagai wujud toleransi umat beragama di Kabupaten Fakfak dengan semboyan “Satu Tunggu Tiga Batu”

Ketua tim pengarah Peringatan Islam Masuk Tanah Papua ke- 665, Dr. Wahidin Puarada, M.Si., mengatakan, dalam menyambut puncak peringatan Islam Masuk Tanah Papua untuk pertama kalinya dilaksanakan di Fakfak dibawah Kepemimpinan Bupati Samaun Dahlan.

Panitia akan menghadirkan malam Haflah dengan menampilkan Qori dan Qoriah terbaik Nasional maupun Internasional termasuk Qori terbaik Provinsi Papua Barat.

Menurutnya, malam Haflah akan berlangsung di RTH Ma’ruf Amin, pada Rabu malam (06/8/2025) dengan menampilkan Qori – Qoriah terbaik tingkat Kabupaten Fakfak maupun tingkat Provinsi Papua Barat.

Sedangkan untuk Qori dan Qoriah terbaik tingkat Nasional dan Internasional akan tampil pada malam Haflah yang akan dilaksanakan pada Kamis malam (07/8/2025) dari Qori – Qoriah terbaik Nasional dan Internasil ada salah satu Qori Cilik berusia 14 tahun yakni Muhammad Najmi Alvaro yang pernah menyabet juara 1 MTQ Internasional Tijan Annour di Qatar tahun 2024, Juara 1 MTQ Internasional Tahbeer di Abu Dhabi 2024, Juara 1 MTQ Nasional Anak – Anak di Samarinda Kaltim 2024 dan juara 3 MTQ Internasional di Iraq tahun 2025.

Dihadirkannya Qori cilik terbaik Internasional Muhammad Najmi Alvaro, dimaksudkan agar dapat memberikan motifasi kepada anak – anak Islam Fakfak untuk mengikuti jejak Qori cilik tersebut, ujar WP sapaan akrab Ustadz Wahidin Puarada.

Selain itu ada juga Qoriah terbaik Internasional Yanti Susanti, M.Pd dan Qoriah terbaik Nasional  CV Putri Diana yang akan tampil di malam Haflah menyambut peringatan masuk Islam di Tanah Papua ke- 665 Tahun yang untuk pertama kalinya dilaksanakan di Fakfak.

Dalam malam Haflah dengan mengahdirkan Qori – Qoriah terbaik ini,  juga kata Wahidin Puarada, akan diselingi dengan penampilan Qasidah, Hadrad dan Marawis sehingga membuat hidup suasana menyambut peringatan Islam Masuk Tanah Papua yang di Fakfak selama 2 malam

Sebelumnya, Umat Islam akhirnya menetapkan bahwa Islam pertama kali hadir di Tanah Papua pada Selasa, 8 Agustus 1360 Masehi, atau bertepatan 24 Ramadhan 761 Hijriyah.

Momen bersejarah tercatat dalam seminar nasional mengenai masuknya Islam di Tanah Papua.

“Islam telah terinternalisasi dalam sistem kerajaan di Fakfak seperti Kerajaan Fatagar, Rumbati, dan Atiati, serta kerajaan lainnya di Papua Barat dan Raja Ampat,” jelas KH. Fadlan.

Tokoh pembawa agama Islam adalah Abdul Ghaffar, seorang mubaligh dari Aceh, yang tiba di Kampung Gar atau Furuwagi, Kabupaten Fakfak.

Keputusan ini diumumkan pada Sabtu malam, 11 Januari 2025, melalui berita acara nomor C005/DP-P.XXXIII/1/2025, yang ditandatangani oleh tokoh-tokoh Papua dan para raja.

Sekretaris Tim Perumus, KH. Fadlan Garamatan, mengungkapkan bahwa Islam telah menyebar lebih awal di Papua dibanding bangsa kolonial seperti Spanyol, Portugis, dan Belanda, melalui jalur perdagangan dan dakwah.

Berbagai penelitian menguatkan keberadaan Islam sejak abad ke-14 di Papua melalui bukti artefak, masjid tua, kitab Al-Qur’an, dan tradisi masyarakat.

Fakta ini juga menegaskan bahwa Islam menjadi bagian penting dalam sistem sosial masyarakat Papua, selaras dengan konsep “Satu Tungku Tiga Batu”, yang merangkul harmoni antara Islam, Kristen, dan Katolik.

Ketua Umum MUI Papua Barat KH. Ahmad Nausrau, Spd.I.,MM menjelaskan, seminar nasional yang digelar ini merupakan tahapan akhir dari kajian ilmiah perjalanan sejarah masuknya agama Islam di tanah Papua.

“Kita telah melakukan seminar ke seminar dari tahun 2006, 2008 MTQ Ke 2 Irian Jaya Barat, dan sudah menerbitkan buku hasil dari penelitian dan kajian ilmiah,” ungkap Nausrau dalam sambutannya.

Dalam seminar yang juga dihadiri Raja Fhatagar, Raja Rumbati, Raja Sekar Pikpik, Raja Wertuar, Raja Komisi, dan Raja Namatota tersebut, Diungkapkan, saat itu pemerintah Kabupaten Kaimana tahun 2009-2010 menghadirkan peneliti, namun belum sampai pada sebuah kesimpulan dan penetapan.

Kemudian, kata Nausrau, MUI Papua Barat pada tahun 2018, melaksanakan penelitian sejarah masuknya agama islam di tanah papua dan dibicarakan dalam Rakernas MUI Pusat di Raja Ampat hingga mengeluarkan buku yang berjudul moderasi beragama.

“Dari tahun 2006 ke 2024 sudah 18 tahun, belum ada kesepakatan bersama sebagai dasar menentukan tanggal masuknya agama Islam di tanah papua.

Dengan bukti-bukti ilmiah yang telah dihasikkan itu, sudah saatnya penetapan waktu dan tempat yang menandai syiar agama islam ini memiliki nilai spiritual bagi ummat islam khususnya di tanah papua,” ucapnya.

Berita acara ini ditandatangani oleh sejumlah tokoh, antara lain: Abdullah Manaray, ST (DPD RI), H. Saleh Siknun, SE (DPR Papua Barat), Abdul Gani Ishak Bauw (Raja Rumbati), Arif H. Rumagasen, S.Sos., MAP (Raja Sekar), Randi Asnawir Ombaier, S.Sos (Raja Namatota), H. Syaiful Islam Al Payage (MUI Papua).

Seminar ini dirumuskan oleh tim yang dipimpin oleh Dr. Ir. Mulyadi Djaya, M.Si dan melibatkan akademisi serta tokoh agama seperti Prof. Yon Machmudi, Ph.D, dan KH. Fadlan Garamatan.

Acara yang berlangsung di Gedung Wintder Tuare, Fakfak, dibuka secara resmi oleh Penjabat Gubernur Papua Barat, Drs. H. Ali Baham Temongmere, M.Tp, dan Penjabat Gubernur Papua Barat Daya, Dr. Drs. Muhammad Musaad, M.Si.

Penetapan 8 Agustus 1360 sebagai awal masuknya Islam di Papua diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sejarah Islam di tanah ini, sekaligus menjadi momentum untuk menjaga harmoni antarumat beragama di Papua.

(ret)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles

error: Content is protected !!