Fakfak – Pembangunan jalan baru Fakfak – Bandara Siboru mengalami penundaan berkali-kali selama kurang lebih 2 bahkan 3 Tahun terakhir, Hal ini disebabkan karena proses persiapan lahan oleh pemerintah daerah tidak sangat terlambat tidak berporses sebagaimana harapan pemerintah pusat sehingga proyek dengan APBN terpaksa ditunda beberapa kali dan baru bisa terlaksana di era kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Fakfak. Samaun Dahlan dan Donatus Nimbitkendik berjargon SANTUN.
Proyek Strategis Nasional itu lama dinantikan, Pemerintah Kabupaten Fakfak memastikan proyek pembangunan jalan penghubung Fakfak menuju Bandara Siboru akhirnya mulai dilaksanakan pada akhir tahun 2025. Kepastian ini sekaligus mengakhiri penantian panjang masyarakat yang selama bertahun-tahun berharap adanya akses darat yang lebih layak dan efisien menuju kawasan Siboru.
Proyek ini dinilai strategis karena tidak hanya menghubungkan pusat kota dengan bandara, tetapi juga membuka keterisolasian wilayah sekitar serta memperkuat konektivitas antarkawasan di Kabupaten Fakfak. dalam perencanaan kedepan. Menteri bahlil Lahadalia kerap mengatakan sebagai strategi untuk membuka kawasan pembangunan baru kearah menuju bandara agar tidak terjadi pembangunan rumah didalam kota.
Kepastian dimulainya proyek disampaikan langsung oleh Bupati Fakfak, Samaun Dahlan, didampingi Wakil Bupati Fakfak Donatus Nimbitkendik, saat memberikan keterangan pers di Gedung DPRK Fakfak usai penyampaian Rancangan APBD Tahun Anggaran 2026 belum lama ini, disampaikan, anggaran pembangunan jalan Fakfak–Siboru bersumber dari APBN melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan telah dikucurkan setelah seluruh proses lelang rampung.
“Sesuai komitmen kami, anggaran untuk akses jalan Fakfak–Siboru sudah turun di akhir 2025. Proses lelang sudah selesai dan pemenang tender sudah ada, sehingga pekerjaan fisik akan dimulai pada Desember 2025,” terang Bupati Fakfak yang juga adalah Ketua DPD Golkar Provinsi Papua ini kepada awak media di depan Gedung sidang DPRD Kabupaten Fakfak.
Proyek jalan Fakfak–Siboru memiliki panjang total 26,6 kilometer dengan lebar kurang lebih 12 meter. Jalan ini dirancang untuk mendukung mobilitas kendaraan dalam jangka panjang, termasuk kendaraan logistik dan transportasi umum, Pada tahap awal, pemerintah pusat mengucurkan anggaran sekitar Rp30–35 miliar. Namun, nilai tersebut merupakan bagian awal dari total kebutuhan anggaran yang jauh lebih besar karena proyek ini direncanakan menggunakan skema multiyears.
Bupati Fakfak mengungkapkan bahwa salah satu penyebab utama tertundanya proyek ini pada tahun-tahun sebelumnya adalah persoalan lahan, tanaman produktif milik warga, serta hak ulayat masyarakat adat. Melalui koordinasi intensif antara pemerintah daerah, Dinas Pekerjaan Umum, dan Dinas Lingkungan Hidup, seluruh persoalan tersebut kini telah ditangani dan berhasil diselesaikan.
“Pemerintah daerah sudah menyelesaikan urusan status lahan dan tanaman warga. Kami hanya membayar ganti rugi untuk tanam tumbuh produktif seperti pala dan durian, bukan tanahnya,” jelas Samaun. Sembari menambahkan bahwa Langkah ini diambil untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan pembangunan dan kemampuan keuangan daerah, sekaligus tetap menghormati hak masyarakat adat.
Selain persoalan lahan, proyek ini juga sempat terkendala izin kawasan hutan lindung. Namun kini, seluruh perizinan telah rampung setelah pemerintah daerah melakukan koordinasi dengan pemerintah provinsi dan Kementerian Kehutanan, dengan dikantonginya izin tersebut, pembangunan jalan di kawasan hutan memiliki dasar hukum yang jelas dan tidak lagi berpotensi menimbulkan persoalan administratif di kemudian hari.
Pembangunan jalan Fakfak–Siboru diproyeksikan membawa dampak signifikan bagi mobilitas masyarakat. Selama ini, perjalanan dari pusat Kota Fakfak menuju kawasan Siboru memakan waktu lebih dari satu jam akibat kondisi jalan yang terbatas. Dengan hadirnya jalan baru, waktu tempuh ditargetkan bisa dipangkas menjadi sekitar 35–40 menit.
“Ini tentu sangat membantu masyarakat, terutama untuk akses menuju bandara. Mobilitas akan lebih cepat, aman, dan efisien,” ujar Bupati Fakfak. Tak hanya soal akses transportasi, proyek jalan ini juga diyakini akan menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi baru di wilayah Fakfak. Akses jalan yang lebih baik membuka peluang pengembangan kawasan permukiman, perdagangan, jasa, serta sektor pariwisata di sekitar Siboru.
Konektivitas yang meningkat juga akan mempermudah distribusi hasil bumi masyarakat Fakfak ke pusat kota maupun ke luar daerah, sehingga berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan warga. Bupati Samaun Dahlan menegaskan bahwa dimulainya proyek jalan Fakfak–Siboru merupakan bagian dari realisasi janji politiknya bersama Wakil Bupati Fakfak.
Ia mengklaim bahwa hingga akhir 2025, lebih dari 50 persen janji pembangunan yang disampaikan kepada masyarakat telah berjalan secara bertahap. “Ini bukti kesiapan daerah. Dulu anggaran ratusan miliar hampir dikembalikan karena daerah dianggap tidak siap. Sekarang kita buktikan bahwa Fakfak siap membangun,” tegasnya.
Menutup keterangannya, Bupati Fakfak mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mendukung pelaksanaan proyek jalan Fakfak–Siboru agar berjalan lancar, aman, dan sesuai rencana. Partisipasi masyarakat dinilai penting, baik dalam menjaga keamanan proyek, mendukung kelancaran pekerjaan, maupun memastikan pembangunan berjalan berkelanjutan dan memberi manfaat jangka panjang. Dengan dimulainya proyek ini, Fakfak selangkah lebih dekat menuju konektivitas yang lebih baik, pembangunan yang merata, dan masa depan infrastruktur yang lebih kuat di Papua Barat.
(ret)


