Fakfak – Pelaksanaan Hari Masuknya Agama Islam di Tanah Papua berlangsung di Kabupaten Fakfak-Provinsi Papua Barat. 8 Agustus 2025. Kegiatan ini mulai dari persiapan hingga pelaksanaan pada puncak peringatan berlangsung lancar dan sukses
Suksesknya kegiatan ini atas dukungan semua masyarakat di Kabupaten Fakfak yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh Bupati Kabupaten Fakfak. dari ratusan bahkan ribuan dukungan.
Bupati Fakfak. Samaun Dahlan dan Wakil Bupati Fakfak. Donatus Nimbitkendik menyampaikan terima kasih kepada 7 Petuanan Raja di Kabupaten Fakfak yang telah memberikan dukungan sehingga kegiatan bersejarah ini berjalan dengan lancar.
“Saya selaku Bupati Fakfak menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang tak terhingga kepada 7 Petuanan Raja di Kabupaten Fakfak yang telah mendukung dan menyukseskan pelaksanaan peringatan hari Masuknya Agama Islam di Tanah Papua”, Ucap Samaun Dahlan
Selain 7 Petuanan Raja di Kabupaten Fakfak. Bupati dan Wakil juga menyampaikan terima kasih yang tak terhingga juga kepada Lembaga Masyarakat Adat dan Dewan Adat Mbaham Matta Kabupaten Fakfak atas dukungan yang diberikan.
“Saya juga bersama Wakil Bupati Fakfak dan seluruh jajaran pemerintah dan masyarakat menyampaikan apresia yang sebesar-besar kepada LMA dan Dewan Adat Mbaham Matta atas dukungan terhadap kegiatan masuknya Agama Islam di Tanah Papua”, Tambah Samaun Dahlan.
Samaun juga menyampaikan terima kasih kepada semua unsur lapisan masyarakat yang dapat berpartisipasi dalam menyukseskan peringatan 6 Abad Islam Masuk Tanah Papua. harapan yang sama juga disampaikan kepada Ketua Panitia dan seluruh jajaran yang mendukung kegiatan tersebut
Orang nomor satu di lingkungan pemerintah daerah kabupaten fakfak. Bupati Samaun Dahlan,Jumat, 8 Agustus 2025 kemarin mengatakan, masyarakat Fakfak memperingati 665 tahun masuknya Islam ke Tanah Papua sebagai sebuah peristiwa bersejarah yang tak hanya mencatat kehadiran agama, tapi juga peradaban.
Disampaikan bahwa peringatan tersebut bukan sekadar Ceremony tetapi sebagai ruang refleksi kolektif, sekaligus penegasan jati diri masyarakat Papua sebagai bagian integral dari mozaik besar Islam Nusantara yang damai, inklusif, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal.
Berdasarkan kajian ilmiah para sejarawan dan tokoh agama, Islam pertama kali menyentuh bumi Cendrawasih pada 8 Agustus 1360, melalui Kampung Gar. Petuanan Rumbati. Distrik Furwagi. Kabupaten Fakfak – Papua Barat oleh Seorang mubaligh bernama Syekh Abdul Ghafar menjadi pelopor dakwah yang menembus sekat budaya tanpa kekerasan.
“Islam datang ke Papua bukan dengan pedang, tapi dengan keteladanan. Ia menghormati adat, bahkan menguatkan nilai-nilai lokal seperti filosofi Satu Tungku Tiga Batu,” ujar Bupati
Filosofi lokal itu, lanjutnya, merefleksikan kerukunan umat beragama yang telah terjaga sejak berabad silam. Bukan isapan jempol, masyarakat Fakfak membuktikan hal itu dalam keseharian bergotong royong membangun masjid dan gereja, saling menjaga, dan saling memimpin dalam spirit kebersamaan.
Di hadapan para tokoh agama, masyarakat adat, dan Wakil Gubernur Papua Barat Mohamad Lakotani, Bupati Samaun juga mengapresiasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Fakfak dan Papua Barat, serta tokoh lokal Alifahan yang menjadi motor penggerak kajian sejarah Islam di tanah ini.
Satu temuan penting dari kajian itu mengoreksi persepsi umum: bahwa Papua bukanlah wilayah terakhir yang tersentuh dakwah Islam. Justru sebaliknya, dari Kesultanan Tidore ke Fakfak hanya butuh 279 tahun—jauh lebih awal dari beberapa wilayah di Indonesia timur lainnya.
“Ini bukan sekadar penemuan sejarah, tapi pengembalian identitas kultural dan spiritual masyarakat Fakfak yang telah bersanding dengan Islam selama lebih dari enam abad,” tegas Bupati.
Untuk mengabadikan momen bersejarah ini, Bupati Samaun mengusulkan agar tanggal 8 Agustus ditetapkan sebagai hari libur daerah di Provinsi Papua Barat. Usulan ini disampaikan langsung kepada Wakil Gubernur, dan diharapkan bisa berlaku mulai tahun 2026.
“Ini bentuk penghormatan terhadap Islam sebagai agama yang datang dengan damai, bukan dengan paksaan,” ujarnya disambut tepuk tangan peserta.
Peringatan 665 tahun Islam di Papua bukan hanya selebrasi, melainkan manifestasi nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin yang telah mengakar dalam kultur Papua—Islam yang menghargai pluralitas, menebar kasih, dan menjadi perekat harmoni.
Di tanah yang menjadi gerbang timur Indonesia ini, sejarah berbicara lantang: Islam tak hanya hadir, tapi hidup dan menyatu dalam denyut nadi masyarakat Fakfak. Sebuah pelajaran yang patut disematkan dalam sejarah bangsa.
(ret)