Fakfak – Pembangunan Bandara Siboru di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat, ditargetkan selesai dan dapat beroperasi pada Semester I-2023 mendatang.
Bandara yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) ini sudah cukup lama direncanakan Pemerintah dan dinanti-nantikan kehadirannya oleh masyarakat Kabupaten Fakfak.
Pasalnya Bandara Torea yang ada selama ini hanya memiliki landasan sepanjang lebih kurang 1.200 meter dan lebar 30 meter. Jadi belum bisa didarati pesawat berbadan besar. Oleh karena itu, bandara baru yang berlokasi di Siboru tersebut diharapkan dapat meningkatkan konektivitas transportasi udara di wilayah Papua Barat.
Melansir dari laman resmi Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), kamis, (1/9) siang, progres pembangunan sisi udara Bandara Siboru Fakfak telah mencapai 83,86 persen per minggu ketiga Agustus. Sedangkan pembangunan sisi darat seperti pembangunan terminal telah mencapai 54,21 persen.
Ketua Tim Pelaksana KPPIP Wahyu Utomo mengatakan, untuk percepatan pembangunan Bandara Siboru diperlukan Tim Joint Survey.
“Berdasarkan pembahasan bersama Kementerian LHK, Kementerian ATR/BPN, dan Bupati Fakfak diperlukan Joint Survey untuk percepatan pembangunan dan pengadaan lahan Bandara Siboru Fakfak,” ujarnya.
Tim Joint Survey Pembangunan Bandara Siboru yang terdiri dari Project Management Office (PMO) Sektor Jalan Tol, Transportasi dan Infrastruktur Sumber Daya Air (ISDA) KPPIP,
Kepala Kanwil Pertanahan Provinsi Papua Barat. Lalu, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Fakfak, Balai Pemanfaatan Kawasan Hutan Wilayah XVII Manokwari, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Fakfak.
Sementara itu, PMO Sektor Jalan Tol, Transportasi, dan ISDA KPPIP Djoko Wibowo menambahkan, pembangunan Bandara Siboru Fakfak berada di atas lahan seluas 208 hektar. dari jumlah tersebut, seluas 206 hektar sudah dalam proses pelaksanaan pengadaan tanah.
“Tim Survey telah melakukan pemeriksaan terhadap titik-titik koordinat dan tata batas lahan bandara dan melihat perkembangan pembangunan Bandara Siboru Fakfak,” kata Djoko Wibowo.
Kondisi cuaca yang ekstrem dan sering hujan pada siang hari menjadi tantangan utama dalam penyelesaian proyek bandara ini.
Selain itu, aksesibilitas jalan ke bandara serta mobilisasi material yang diambil melalui jalur laut yang berasal dari wilayah luar Kabupaten Fakfak juga menjadi tantangan tersendiri.
Kendati demikian Tim Joint Survey optimistis akhir tahun 2022 konstruksi dapat diselesaikan dan pada Semester I-2023 bandara sudah bisa dioperasikan.
“Antusiasme masyarakat Fakfak yang mengharapkan bandara ini segera beroperasi memacu kami untuk segera melakukan penyelesaian pengadaan lahan dan mendorong terselesaikannya pembangunan Bandara Siboru ini,” pungkasnya. (ret)