Dominggus Mandacan, M,Si. Gubernur Provinsi Papua Barat. Periode 2017-2022 dan 2025-2030 mengaku Sekda Papua Barat. Drs H Ali Baham Temongmere, MTP adalah Sosok yang Disiplin dan Setia, hal Itu disampaikan Dominggus dalam buku Napak Tilas Ali Baham Temongmere yang berjudul “Cahaya Fajar dari balik Gunung Mbaham”. Gubernur Papua Barat memberikan pernyataan serius tentang Ali Baham.
Ia menceritakan bahwa Ali Baham Temongmere sebagai Sekda Papua Barat dan sebelumnya menjadi Penjabat Gubernur Papua Barat adalah adik tingkat di APDN setelah dirinya lulus. Sebagai Gubernur Papua Barat Periode 2017-2022 dan 2025-2030 dan Kepala Suku Besar Arfak. Serta senior Alumni IPDN Yoka Jayapura.
Dominggus Mandacan menyambut Ali Baham Temongmere sebagai Pj Gubernur, Ketika itu Dominggus juga tiba di Bandara Rendani Manokwari-Papua Barat untuk menjemput sang adik tingkatnya sewaktu bersama-sama di APDN Yoka Jayapura – Papua setelah dilantik Mendagri.
“Saya menjemputnya dan mengatakan, ade Penjabat Gubernur Papua Barat. DRs H Ali Baham Temongmere, MTP. Selamat datang di Tanah Arfak. Di Rumah Kaki Seribu. Silahkan atur pemerintahan yang ada,
Sebagai senior alumni APDN Yoka Jayapura juga sebagai Gubernur 5 Tahun di Papua Barat yang lalu, saya bersama masyarakat mendukung ade Penjabat Gubernur papua Barat Ali Baham Temongmere”, Cetus DM. ketika itu.
Mandacan menilai Ali Baham Temongmere sebagai Pj Gubernur Papua Barat selama ini telah melaksanakan tugas dan menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan mekanisme dan amanat undang-undang.
Misalnya, Lanjut Dominggus ke Sekda ABT. Lelang jabatan ASN untuk menduduki sebuah jabatan, menurut Dominggus. Itu sangat bagus. Bahkan kata Dominggus. Dia di undang beberapa kali oleh ABT untuk berdiskusi soal itu.
“Saya diundang beberapa kali untuk berdiskusi dan memberikan masukkan tentang pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Papua Barat”, Terang Dominggus Mandacan seraya mengakui disiplin dan kesetiaan Ali Baham Temongmere.
Hal yang menarik bagi Mandacan adalah. Ali Baham Temongmere dalam berbagai kesempatan mengatakan. Mari duduk dalam ruangan rumah kaki seribu untuk bicara bersama bersatu bangun Papua Barat.
“Kami bersepakat menjadi penjaga. Suasana damai dan keharmonisan antarsuku dalam membangun kehidupan sosial kemasyarakatan di Papua Barat sebagai rumah kita, kaki seribu”, Terang Dominggus.

Memahami Budaya dan Berbaur dengan Masyarakat
Dominggus Mandacan mengatakan, sebagai lulusan APDN, dirinya bersyukur karena para dosen mendidik para mahasiswa menjadi pamong yang disiplin dan sangat setia dalam mengabdi kepada Masyarakat, Pemerintah, Bangsa dan Negara.
“Para pendidik mengajar kami harus disiplin, setia,memahami budaya, adat, dan hukum. Kami dididik menghormati adat dan menghargai masyarakat. Disiapkan menjadi pamong yang mengabdi di daerah pedalaman dan pulau-pulau dan daerah berawa payau yang jauh dari kota, Kami sangat bahagia dan bangga bekerja bersama masyarakat untuk membangun masa depan mereka”, ujarnya.
Dominggus Mandacan mengungkapkan, para dosen di APDN mengajarkan kepada para mahasiswa agar setelah lulus, mereka datang ke masyarakat, duduk bersama mereka, berbicara.
Mendengarkan isi hati mereka, makan apa yang mereka makan, tidur dengan mereka, merayakan pesta adat, berdansa adat, ikut membayar maskawin, dan ikut sidang-sidang adat.
Serta mendiskusikan kebutuhan dasar apa yangharus dibangun bagi mereka. Menurut Mandacan, kepala kampung, tokoh adat, dan tokoh masyarakat adalah orang tua bagi pamong.
“Pendekatan inilah yang menyentuh hati masyarakat. Rakyat di pedalaman selalu menyapa “Anak Camat”. Sebutan “Bapak Camat” jarang digunakan kecuali pada acara resmi.
Kami adalah anak mereka dan sebaliknya mereka adalah orang tua kami. Pamong bergerak bersama masyarakat membangun kecamatan dalam semua bidang, antara lain :
Pemerintahan desa, pendidikan, kesehatan, pertanian,perikanan, agama, permukiman, dan perumahan.
Kami membangun gedung sekolah atau gedung ibadah dengan mengunakan bahan-bahan lokal,” jelas Mandacan
Lulusan APDN Yoka yang mengabdi di wilayah Kepala Burung Papua bersama para misionaris dan masyarakat membangun landasan pesawat terbang secaraswadaya untuk pendaratan pesawat jenis Cessna, bahkan Twin Otter
Demikian juga para pamong yang bertugas di pesisir pantai atau daerah aliran sungai, membangun jembatan menggunakan bahan lokal.
Semua itu bertujuan untuk memperlancar roda pemerintahan dan pembangunan,” kenang Mandacan menceritakan dedikasi parapamong di jaman Belanda.
Mandacan sendiri setelah lulus dari APDN Yoka, ditugaskan di Kecamatan Waropen Atas, jauh dari Ibu Kota Kabupaten Yapen Waropen di Serui.
“Saya sangat bahagia menggunakan perahu Jhonson menyeberangi Teluk Saireri, menyusuri sungai-sungai, menuju ke pedalaman Waropen Atas. Ketika tiba disambut dengan upacara adat sebagai anak mereka
Saya tinggal bersama semua staf di Kecamatan Waropen Atas. Hidup dengan mereka, mengunjungi masyarakat, berbicara, mendengarkan ceritera mereka, makan apa yang mereka hidangkan.
Mereka selalu menyapa dengan sebutan “AnakCamat” mari kita nikmati makan khas daerah ini.
Mereka sangat senang ketika kita datang ke rumah mereka, menginap, dan makan di rumah yang sederhana,” kenang Mandacan.
“Ade Ali Baham setelah lulus ditempatkan di Kecamatan Teluk Arguni Kaimana, jauh dari Ibu Kota Kabupaten Fakfak. Dia punya banyak kisah menarik bersama masyarakat. Termasuk merelokasi Ibu Kota Kecamatan Teluk Arguni.
Semua alumni APDN, antara lain saya, Ade Ali Baham Temongmere, Kaka Otto Ihalauw, dan semua alumni APDN Yoka selalu menerapkan prinsip disiplin, teliti, setia, jujur, menguasai adat. Tinggal dan hidup bersama masyarakat, makan bersama mereka, jalan kaki atau mendayung perahu dari kampung ke kampung untuk mengunjungi masyarakat.
Kami hidup bersama mereka dan mengabdi untuk memajukan kehidupan masyarakat dengan penuh cinta kasih,” tutur Drs Dominggus Mandacan,M,Si. kini menjabat sebagai Gubernur Papua Barat periode 2025-2030.
Harus Minta Izin
Mandacan menjelaskan sikap yang ditanamkan oleh para pengajar di APDN kepada setiap mahasiswa atau praja adalah menghargai dan melaksanakan perintah atasan, yaitu Kepala Daerah maupun Sekretaris Daerah (sekda).
Sebagai pamong di daerah terpecil atau pulau-pulau, daerah berawa payau, harus senantiasa mengayomi rakyat,
“Ketika kami hendak ke kota harus minta izin kepada atasan melalui Radio Single Sideband atau SSB. Kalau disetujui barulah kami bisa berangkat ke kota. Jika tidak disetujui maka kami tetap berada di tempat tugas.
Jika izin tujuh hari harus kembali ke tempat tugas pada hari ke tujuh. Tidak boleh berlama-lama di kota. Begitu tiba harus lapor ke bupati atau sekda sebagai atasan.
Kami mendapat arahan. Setalah tujuh hari selesai izin, harus lapor kembali kepada bupati atau sekda. Mekanisme seperti itulah yang menghasilkan Aparat Sipil Negara (ASN) yang benar, yaitu mengabdi kepada masyarakat, bangsa, dan negara.
Hasil pengabdian demikian mengantarkan para pamong dari satu jenjang jabatan ke jenjang jabatan berikutnya hingga menjadi pemimpin dan pimpinan.
Itu merupakan berkat dari Tuhan. Dengan demikian, ketika menapaki jenjang karir satu per satu, seorang pamong tidak akan ragu dalam mengambil keputusan karena fondasi awal sudah kuat.
Yaitu sebagai guru dan pemimpin yang baik. Ketika menjabat, tidak akan dibohongi staf karena pengalaman sebagai pamong sudah bisa mengantisipasi segala sesuatu, terangnya.