Fakfak – Puluhan Mama-Mama yang kesehariannya berjualan di Pasar Tanjung Wagom maupun Pasar Kelapa Dua datangi Sekretariat SANTUN yang dijadikan sebagai Rumah Aspirasi Rakyat, Kamis, 19 September 2024.
Mereka datang dengan membawah sejumlah persoalan dalam bentuk aspirasi utamanya menyangkut kondisi ekenomi fakfak yang sedang tidak “Happy” alias tidak baik-baik saja. menurut mereka.
Mereka spontan datangi Rumah SANTUN sebagai rumah Aspirasi Rakyat ketika itu Bapaslon Bupati Fakfak Samaun Dahlan dihubungi sedang melakukan pertemuan dibeberapa titik kumpul masyarakat diluar
Setelah itu. Samaun Dahlan/Bakal Calon Bupati Fakfak. ia berksempatan hadir dan menerima langsung curhatan mama-mama pasar yang datang dengan wajah tidak semangat karena ekonomi pasar di fakfak kian redup.
Salah satu mama-mama pasar beranama Lusia Nauw turut angkat bicara mewakili ibu-ibu lainya yang hadir saat bertatap muka dengan Paslon Bupati Santun. Samaun Dahlan. Ibu Nauw yang suaminya meninggal dunia beberapa waktu kemudian masuk kondisi Covid-19 dan harus membiayai sendiri dua orang anak yang sedang kuliah hingga saat ini.
Sembari katakan bahwa kondisi ekonomi fakfak khususnya yang terlihat di Pasar yang ada di Fakfak seperti Pasar Tanjung Wagom dan Pasar Kelapa dua kondisinya tidak seperti era kepemimpinan Bupati Wahidin Puarada dan kepemimpinan Bupati Mohammad Uswanas.
Ia berharap kedepan jika tuhan berkehendak dan mengijinkan Samaun Dahlan – Donatus Nimbitkendik sebagai Calon Bupati-Wakil Bupati Fakfak 2024-2029 untuk pimpin negeri Mbaham tercinta ini maka bisa merubah wajah ekonomi fakfak dari kondisi yang terpuruk atau tidak “Happy” menjadi baik.
Kehadiran mama – mama pasar ini juga membuat geger dan kaget tim dan petugas yang siang malam berada di rumah SANTUN Rumah aspirasi rakyat di Jalan Imam Bonjol, termasuk juga kandidat Bupati Samaun Dahlan yang saat itu tengah melakukan pertemuan dengan sekelompok warga.
“Saya bicara kondisi pasar saat ini. Kondisi pasar yang penuh damai dan sukacita itu hanya saat bapak Wahidin Puarada dan Bapak Mohamad Uswanas (Mantan Bupati Fakfak-red). Itu luar biasa. Tetapi yang sekarang ini, bukan lagi damai sukacita tetapi damai setengah mati.” Ujar Lusia.
Samaun dengan senyum khasnya telah memberi sinyal pastikan dirinya memahami betul apa yang bakal mereka keluhkan, beban berat akibat himpitan ekonomi yang sesungguhnya sedang terjadi belakangan ini? Tentu saja, itu keluhannya, keluhan tersebut dipastikan bakal menjadi tanggung jawab dirinya bersama Donatus Nimbitkendik.
Lusia, Perempuan yang diketahui menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga saat sang suami meninggal dunia yang membiayai pendidikan anaknya dari hasil berjualan di pasar.
Ia mencurahkan segala beban hidupnya saat itu. bahkan tanpa sadar, mata Lusia Berkaca-Kaca. Terlihat dengan jelas bagaimana perjuangan dirinya demi hidup dan masa depan anak-anaknya didepan Bapaslon SANTUN.
“Tong sampah itu cape menerima ketimun, kacang panjang yang kami buang. Padahal, untuk pupuk saja kalau di Fakfak tidak ada maka kami harus ke sorong. Ini untuk membiayai anak kami kuliah. Kami setengah mati. Kami bawa ketimun satu karung, dua karung di zaman bapak Wahidin dan Uswanas itu, kami pulang bawa uang.
Sekarang ini, satu hari kami bisa peroleh 50 ribu. 50 ribu kami pecah untuk anak dua kuliah di Jayapura dan di Jawa. Anak-anak sekarang butuh biaya. Kami stress, stengah mati mencari uang. maka hari ini dengan hati lembut kami ingin perubahan.”ungkap Lusia disambut semua tatapan ibu-ibu lainya ke dia karena sempat meneteskan air matanya.
Hal senada juga disampaikan Lusia Patiran. Mereka berjualan dari pagi sampai malam dengan modal 200 untuk berjualan pinang susah laku. Padahal di masa kepemimpin Wahidin dan Mocha jualan-jualan seperti pinang dan sayur jarang sekali mereka bawa pulang apalagi sampai buang ke tong sampah karena busuk. Disana ternayat sepih pembeli karena faktor perpuataran ekonomi semakin sulit.
“Saya inikan penjual pinang di pasar tanjung wagom sana, sebelumnya di pasar thumburuni dan terakhir di Pasar Ikan Tanjung Wagom, menurut saya dan lihat kondisi saat ini perbandingan antara dulu dan sekarang. Kalau dulu kita semua penjual sayur dan penjual pinang kondisi jaualan tidak seperti hari ini.
Dari pagi jualan sampe sore itu bisa sampe dua kali tiga kali, kadang-kadang berapapun jualan yang kita bawah itu pasti habis dan pasti bawa pulang uang saja, tidak mungkin tidak bawa pulang uang, misalnya kami punya modal beli pinang Rp200 berarti perkiraan Rp400-Rp500 kembali.
Berbeda dengan kondisi hari ini, kita beli sirih ½ Kg tambah pinang 5 tempat saja sampai sore susah habis, saya tidak tau kenapa, dan memang jualan di pasar ikan sana begitu, penjual sayur mayur juga mengalami hal demikian, jadi kalau hari ini beli harga Rp50.000 besok masih jual dan kadang hari berikutnya kalau tidak laku kami buang ke tong sampah karena busuk.” Curhatnya.
Selain menemui Calon Bupati Fakfak. Samaun Dahlan untuk curhat soal kondisi ekonomi fakfak yang tidak “Happy” mereka juga minta agar kedepan jika terpilih. Bupati dan Wakil Bupati Fakfak. Samaun-Donatus perhatian mereka agar tidak jualan dilantai tetapi harus memiliki tempat yang layak seperti penjual lain yang memiliki meja jualan seperti waktu-waktu sebelumnya
Namun demikian mereka sangat berharap pemerintah percepat pembangunan pasar sentral yang namanya Pasar Rakyat Thumburuni agar bisa semua aktifitas perekonomian masyarakat bisa terpusat. Karena saat ini tempat jualan tersebar dimana-mana, ada yang di Pasar Tanjung Wagom, Pasar Kelapa Dua, dan lokasi lainya, yang lebih parah jualan di emperan jalan sepanjang jalan Izak Tellusa
“Terus masalah pasar yang tadi saya bilang bapak, karena pasar ini belum selesai jadi kami ini menjual di pasar ikan tanjung wagom dan ada lagi jualan dimana-mana sehingga pembeli tidak focus satu tempat sehingga bisa saja mereka tidak ke pasar tanjung wagom/pasar ikan, jadi kami minta dan berharap kita harus punya pasar dan berjualan satu tempat, terus kalau bisa kita semua harus punya meja, tidak boleh ada yang dilantai”. Ungkapnya.
Samaun katakan bahwa andaikan kondisi fakfak hari ini baik-baik saja dan kondisi ekonomi baik-baik saja maka kita angkat topi hormat, tetapi kondisi hari ini sedang tidak baik-baik saja maka kita juga harus sampaikan bahwa ada yang kurang karena itu kita gelorakan perubahan untuk perbaikan ekonomi dan seluruh aspek pembangunan di Fakfak.
“Soal susahnya ekonomi fakfak hari ini karena 99 persen kabupaten fakfak bergantung pada APBD, kalau APBD 1,3 Triliun diatur baik maka dampaknya bisa menyentuh langsung ke mama-mama di pasar termasuk masyarakat tidak ada kesusahan, saya datang 2011 ditengah APBD Fakfak 600M lebih bahkan tidak ada orang yang mengeluh seperti ini
Ini menunjukan ada sesuatu yang tidak beres dalam pengelolaan APBD kita. Indikator kecil saja jika kesejahteraan pegawai tersendat maka pasti berdampak juga ke masyarakat karena dengan uang yang diterima pegawai mereka belanja jualan mama –mama di pasar. Disamping kebijakan umum lainya yang dilakukan pemerintah untuk menyentuh ekonomi masyarakat”, Ulasnya.
“Semua keluhan dan curhatan mama-mama pasar ke saya, sebagai orang yang pernah bekerja dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Fakfak dan membangun infrastruktur saya merespon semua itu dan akan kami evaluasikan kedepan, Kita kalau melihat fakfak baik-baik saja dan ekonomi baik-baik saja maka kita hormat tetapi hari ini sedang tidak baik-baik saja sehingga kita harus maju dan lakukan perubahan”, Ujarnya. Tutup