Jakarta – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa menggelar pertemuan dengan OCEG Training Partner, Rabu (6/10). Pertemuan tersebut membahas Implementasi Integrated GRC untuk Manajemen Proyek Strategis.
Berdasarkan Press Release yang diterima mataradarindonesia.com, Menteri mengatakan, Bappenas akan membuat dashboard GRC dengan platform artificial intelligence untuk mengeksaminasi proyek-proyek strategis nasional (PSN) dan juga program-program dalam setiap Rencana Kerja Pemerintah ke depan.
Sebagaimana diketahui, GRC merupakan kepanjangan dari Governance, Risk dan Compliance.
Governance adalah kemampuan organisasi untuk menetapkan, mengatur dan mengendalikan pencapaian tujuan yang dapat di andalkan dalam entity/departement/project level.
Risk adalah fungsi risk management sesuai ISO 31000 untuk menentukan apakah ada dampak atau pengaruh dari faktor ketidakpastian di dalam pencapaian tujuan organisasi.
Compliance adalah fungsi kepatuhan yang merupakan wujud integritas organisasi yang memenuhi komitmen dan kewajibannya yang dibuktikan dengan pernyataan visi, misi dan value, code of conduct, tanggung jawab sosial dan lingkungan serta hubungan dengan pihak ketiga.
Penerapan integrated GRC sendiri didorong oleh sejumlah faktor, antara lain pencapaian tujuan yang tidak sesuai dengan strategi, tidak lincah dan percaya diri dalam membuat keputusan,
Performance yang tidak berkelanjutan dan tidak memberikan value, belum terciptanya top to bottom accountability untuk pendekatan key performance indicator (KPI), Key Risk Indicator (KRI), dan Key Complience Indicator (KCI) serta tingginya biaya.
Implementasi integrated GRC untuk manajemen proyek strategis dilakukan dengan 4 tahapan. Tahap pertama adalah persiapan infrastruktur, tahap kedua adalah asesmen integrated GRC, tahap ketiga adalah implementasi integrated GRC, dan tahap keempat adalah evaluasi aktivitas-aktivitas GRC. (rilis/ret)