Fakfak / Jakarta – Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia tengah berusaha menarik investor asing untuk mengalirkan modalnya ke sektor kesehatan di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan impor pada alat kesehatan (alkes) yang nilainya mencapai Rp150 triliun dalam setahun terakhir.
“Sektor kesehatan ini kami berusaha untuk bagaimana menarik investor masuk di kesehatan,” ucap Bahlil saat konferensi pers virtual, Selasa (27/7).
Bahlil mengatakan pendekatan dengan sejumlah investor asing sudah dilakukan. Namun, ia belum ingin mengungkap siapa investor yang dimaksud dan bagaimana hasil penjajakan lebih lanjut.
“Kemarin ke sana kita mencoba untuk membuka akses itu dan insyaAllah beberapa perusahaan akan masuk untuk membangun industri di dalam negeri,” ujarnya.
Bahlil mengatakan aliran investasi asing untuk membangun sektor kesehatan di tanah air sangat penting. Sebab, sektor ini tengah naik daun dan sangat dibutuhkan untuk menunjang kebutuhan masyarakat di tengah pandemi covid-19.
Namun, pembangunan sektor kesehatan yang butuh cepat, tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan lokal saja. Maka dari itu perlu ada investasi luar.
Di sisi lain, menurutnya, investasi sektor kesehatan di Indonesia seharusnya menarik untuk investor. Pasalnya, Indonesia merupakan pasar yang besar dari segi penduduk dan kebutuhan terhadap alat kesehatan.
Hal ini tercermin dari kebutuhan alat kesehatan yang selama ini masih dominan ditutup impor. Indonesia pun sampai harus merogoh devisa Rp. 150 triliun untuk transaksi impor alat kesehatan.
“Kami tahu bahwa 90 persen alat kesehatan kita ini kan impor, bahan baku juga untuk kesehatan kita impor, bahkan vaksin semua kita impor, setiap tahun devisa kita lebih dari Rp150 triliun keluar untuk membeli alat-alat kesehatan, ini artinya pasar kita sangat bagus,” pungkasnya, (ret)