Egianus Kogoya : “Jika TNI/Polri kerahkan pasukan untuk oprasi Milliter dengan bombardir, itu bukan solusi dan TNI/Polri yang datang tembak mati Pilot Susi Air ini. EK (Egainus Kogoya) dan pasukannya hanya minta negosiasi politik Papua Merdeka. Tidak lebih dari itu.”
Papua – Komisi – I DPR RI Menilai tukar pembebasan Penyanderaan Pilot Susy Air asal Selandia Baru. Philip Marthens oleh Kelompok TPNPB-OPM pimpinan Egianus Kogoya adalah sesuatu yang sangat tidak wajar dan cukup sulit. kendati demikian, Anggota DPR RI. Yan Permenas Mandenas berharap penyelesaian snadera tersebut antara Kelompok KK dengan pihak Pemerintah berjalan baik tanpa ada gesekan dengan aparat TNI-Polri.
DPR menilai bahwa negosiasia yang dilakukan Pemerintah dengan seluruh aparat negara TNI-Polri saat ini tidak semudah apa yang dipikirkan karena penawaran jaminan yang cukup sulit sehingga harus menggunakan cara yang persuasif serta kondisif serta memprioritaskan keselamatan Pilot Susy Air asal Selandia Baru, namun perihal permintaan pembebasan sandera dimaksud. Kata Permenas. Cukup sulit namun upaya terus dilakukan.
“Memang negosiasi ini tidak semudah apa yang kita pikirkan dan cepat karena mereka meminta penawaran bargaining untuk menahan sandera itu dengan iming-iming yang memang cukup sulit dan itu tidak wajar tetapi saya yakin dengan kemampuan negosisasi yang hingga saat ini dilakukan TNI-Polri lewat tokoh masyarakat, tokoh adat serta tokoh agama maupun Pemerintah setempat di Nduga untuk yakinkan KKB agar melepaskan sandera yang adalah warga New Zealand bisa dilakukan”, Ujar Anggota Komisi – I DPR RI. Saat berkunjung ke Fakfak kemarin kepada media ini.
Sementara itu, TPNPB-OPM atau dikenal dengan sebutan KKB Pimpinan Egianus Kogoya merilis point permintaan tukar jaminan Pembebasan sandera yang merupakan Pilot Susy Air. Philip Max Marthenz asal Selandia Baru ini, jika ada upaya pembebasan yang dilakukan oleh pihak yang ingin menyelamatkan Marthenz dari tangan Egianus Kogoya maka harus memperhatikan beberap hal yang disampaikan lewat Jefry Lokbere.
Pertama, Pilot ini kami tahan karena negara-negara di luar hanya menaru perhatian pada PT. Freeport dan Sumber Daya Alam lalu mengabaikan tuntutan orang asli papua untuk merdeka. Orang asli papua berjuang terus sampai kami mau habis.
Kedua, Pilot ini kami tahan sebagai jaminan jika Negara Indonesia dan PBB serta Amerika, Selandia Baru, tidak mengakui kemerdekaan kami maka Pilot Susi Air Kapten Philips Max Mehrtens. Akan mati bersama kami OPM TPNPB di Kondad III Nduga-Derakma.
Ketiga, Baju maupun celana diberikan kepada Pilot untuk dipakai oleh Pilot. Tindakan ini memberi pesan yang kuat bahwa, EK (Egianus Kogoya) dan pasukannya menangkap Pilot susi Air bukan untuk siksa atau menyakiti, mereka hanya ingin dunia harus mengakui Bangsa Papua sebagai Bangsa yang sudah Merdeka 1 Desember 1961.
Keempat, Jika TNI/Polri kerahkan pasukan untuk oprasi Milliter dengan bombardir, itu bukan solusi dan TNI/Polri yang datang tembak mati Pilot Susi Air ini. EK (Egainus Kogoya) dan pasukannya hanya minta negosiasi politik papua merdeka. Tidak lebih dari itu.
Sebelumnya, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) telah menyebarkan Foto dan Video tentang Penyanderaan terhadap Pilot Susy Air Kpt Philip Max Marthenz yang di sandera sejak Selasa pekan lalu.
Menurut mereka, disebarkannya Foto dan video secara tidak langsung untuk dapat mengonfirmasi dan membenarkan bahwa Pilot Susy Air tersebut benar-benar disandera oleh TPNPB saat mendaratkan pesawatnya milik Perusahaan Susy Air.
Diketahui, Philips Max Mehrtens (Pilot Susy Air) disandera Kelompok TPNPB-OPM Pimpinan Egianus Kogoya setelah mendaratkan penerbangan charter komersial Susi Air di Bandara Paro di dataran tinggi terpencil di Kabupaten Nduga pada pekan lalu, TPNPB mengaku bertanggung jawab dan mengatakan telah membakar pesawat Susi Air tersebut. (ret)