16.9 C
New York
Minggu, Oktober 6, 2024

Buy now

Didampingi Dua Wartawan Fakfak, Kesan Gubernur Papua Barat Usai Kunjungi Situs Tsuname Aceh

Banda Aceh – Indonesia pernah mengalami sebuah bencana dahsyat berupa gempa tsunami yang mengguncang Aceh pada tanggal 26 Desember 2004.

Sebagai bentuk mengenang para korban dari musibah gempa dan tsunami tersebut, maka dibuat Museum Tsunami Aceh.

Pada tanggal 26 Desember 2004 silam, sekira pukul 07.58 WIB, terjadi sebuah gempa dahsyat yang melanda Aceh.

Gempa berkekuatan 9.3 skala richter (SR) ini menyebabkan serangkaian tsunami dahsyat di sepanjang daratan yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia.

Aceh merupakan daerah yang terkena dampak paling parah selain Sri Lanka, Thailand, dan India.

Banyak korban jiwa dalam bencana ini, bahkan sampai menyentuh pada angka 170.000 jiwa. Oleh karena itu

Museum Tsunami Aceh dibuat untuk mengenang korban dari tsunami Aceh tersebut, sekaligus tempat edukasi dan pusat evakuasi ketika bencana.

Museum ini berdiri pada tanggal 23 Februari 2009. Perancang Museum ini adalah Ridwan Kamil yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.

Beliau membuat desain yang memenangkan sayembara tingkat internasional pada tahun 2007 dalam rangka memperingati peristiwa tsunami tahun 2004.

Tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004 merupakan salah satu bencana alam yang masih sulit dilupakan oleh masyarakat Aceh karena memakan banyak korban.

Peristiwa yang melanda pantai Aceh ini terjadi setelah gempa berkekuatan 9 skala richter di Samudera Hindia disebut gempa terbesar dalam sejarah di dunia.

Gubernur Papua Barat didamapingi Istri Tercintanya, Hj. Sitti Mardiana Awing, SE dan rombongan dari Papua Barat.

Tampak hadir dampingi Gubernur Papua Barat Alibaham Temongmere, Ketua PWI Fakfak. Rico Letosin dan Bendahara PWI Fakfak. Rustam Rettob

ABT kunjungi Museum Tsunami Aceh yang beralamat di Jln Sultan Iskandar Muda No.3, Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh.

Sebelum bertandang ke Museum Tsunami Aceh, Gubernur dan rombongan lawatan ke Kapal PLTD yang terbawa arus Tsunami dan terdampar saat ini

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung merupakan saksi bisu akan tsunami dahsyat yang telah menerjang Aceh.

Sebuah kapal dengan panjang 63 meter dan berat 2.600 ton ini memiliki mesin pembangkit listrik yang kekuatan dayanya mencapai 10,5 megawatt.

Bagai menggunakan sihir, gelombang tsunami yang maha dasyat mampu menyeret kapal PLTD Apung terseret hingga 3 kilometer ke pusat kota Banda Aceh yang

Sebelumnya berada di laut tepatnya di pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue. Hingga saat ini kapal berlokasi di Desa Punge Blang Cut, Banda Aceh.

Kisah ini tak sebatas menjadi simbol hebatnya gelombang tsunami namun menjadi simbol bahaduri di tengah bencana yang tak terperikan.

Setelah masa pemulihan akibat bencana tsunami, kapal yang semula berfungsi sebagai pembangkit listrik tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Kemudian, Pemerintah Aceh menyulap kapal tersebut menjadi Museum PLTD Apung sebagai tempat wisata pasca Tsunami.

Hal ini bertujuan agar generasi selanjutnya dapat menyaksikan efek dahsyat yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut dan pengingat sejarah bencana yang pernah terjadi.

Kini, bagian dalam kapal PLTD Apung difungsikan sebagai museum edukasi tentang mitigasi bencana yang diisi dengan berbagai informasi dalam berbentuk video ilustrasi tentang proses terdamparnya kapal PLTD Apung.

Tidak jarang, situs ini juga menjadi lokasi field trip bagi anak-anak sekolah untuk memperkenalkan edukasi tentang kebencanaan sejak dini serta.

Gampong Punge Blang Cut ditetapkan oleh Bapak Mawardi Nurdin selaku Wali Kota Banda Aceh sebagai Gampong Wisata

Itu merujuk pada surat keputusan Nomor 160 tanggal 22 April tahun 2010 tentang penetapan Sadar Wisata dalam wilayah Kota Banda Aceh.

Selain itu, museum ini telah dilengkapi 2 menara, sebuah monument, jalan setapak, dan air mancur.

Pada bagian deck dasar kapal terdapat ruang ABK yang masih utuh seperti saat kapal ini beroperasi.

Hal yang paling unik dari kapal ini terdapat teropong besar di lantai atas kapal yang dapat digunakan ketika pengunjung memasukan koin 500 rupiah.

Melalui teropong tersebut, pengunjung dapat melihat seluruh kota Banda Aceh dengan sangat indah.

Museum PLTD Apung dapat dikunjungi Pukul 09.00 – 17.30 WIB, namun uniknya lokasi wisata ini ditutup setiap pelaksanaan ibadah shalat zuhur dan ashar

Tujuanya agar pengunjung melaksanakan ibadahnya terlebih dahulu baru kemudian melanjutkan wisatanya.

Adapun biaya untuk masuk ke dalam lingkungan museum ini adalah seikhlasnya, disediakan kotak amal didepan pintu masuk.

Nantinya seluruh uang yang terkumpul diserahkan kepada pengelola masjid Punge Blang Cut untuk proses pembangunan masjid.

Setelah dari Kapal PLTD dan Museum Tsunami. Gubernur dan rombongan lanjut melaksanakan Sholat Dzhuhur di Masjid Agung Baiturrahman. Kota Banda Aceh.

Masjid Baiturrahman adalah sebuah masjid bersejarah yang berada di Kota Banda AcehProvinsi Nangroe Aceh Darussalam. Indonesia.

Masjid ini dibangun pada tahun 1879 dan merupakan simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh.

Kemudian masjid ini adalah landmark Kota Banda Aceh sejak era Kesultanan Aceh dan selamat dari amukan bencana gempa dan tsunami 26 Desember 2004.

Alibaham dan rombongan juga mengunjungi salah satu kapal yang tersangkut diatas sebuah rumah warga saat kejadian Tsunami Aceh 2004 lalu.

Kisah 59 warga yang berhasil menyelamatkan diri dari gelombang tsunami 2004 dapat ditemukan di sini.

Boat di Atas Rumah. Sebuah kapal yang bertengger di lantai dua rumah warga Gampong Lampulo, Banda Aceh, desa terdekat dengan laut.

Kapal seberat 20 ton ini diseret oleh gelombang dahsyat ke tengah-tengah pemukiman dan berlabuh di atas rumah warga di Gampong Lampulo.

Kapal berbadan bongsor itu merupakan milik nelayan setempat, hingga saat ini keberadaannya tetap dipertahankan sebagai objek wisata untuk mengenang peristiwa tsunami 26 Desember 2004

Pengunjung akan disuguhi cerita dari para penyintas (korban selamat) tsunami. Di situs tsunami ini tersedia pula pusat informasi.

Toko suvenir, dan mintalah sertifikat sebagai bukti telah berkunjung ke salah satu destinasi top di Aceh ini.

Kapal-kapal nelayan yang bersandar di sepanjang sungai menjadi pemandangan khas kampung nelayan yang menarik.

Di sini juga terdapat tempat pelelangan ikan. Selain sebagai desa wisata, lampulo juga menjadi sentra produksi ikan kayu (keumamah) khas Aceh.

Dengan waktu tempuh hanya sekitar sepuluh menit dari pusat kota, Gampong Lampulo menjadi salah satu destinasi wisata yang ramai dikunjungi pelancong.

Khususnya di hari-hari libur. Banyak pelancong dari berbagai negara melakukan tapak tilas tsunami di desa ini.

Oh ya, bila Anda ke situs ini ,Anda bisa mendapatkan sertifikat kunjungan khusus buat Anda.

Selanjutnya, Alibaham berkenaan bertemua Peserta dan Pelatih maupun Official PON XXI 2024 asal Provinsi Papua Barat di Hotel Sri Budaya.

Setelah menyelesaikan semua rangkaian kegiatan PON XXI 2024 di Aceh diakhiri dengan kunjungan ke beberapa situs

Selanjutnya ia bersama rombongan terbang ke Jakarta untuk mengikuti beberapa kegiatan pemerintahan lagi disana.

Ada dua kesan penting yang disampaikan Gubernur Papua Barat. Alibaham Temongmere antara lain.

“Ada dua hal penting dibalik bencana alam yang menimpa Aceh 20 tahun lalu, dimana yang kita umat manusai diminta untuk menempatkan perdamaian di atas segalanya.

Untuk Perdamaian yang pertama harus dekat dengan Tuhan dan kedua harus membangun hubungan yang baik antar sesama umat manusia.

Karena itu dari Aceh sampai Papua harus bersatu dan tetap beriman kepada Tuhan,” Kesanya

Selain dua wartawan dari Fakfak, ada juga beberapa wartawan dari Manokwari yang turut mendampingi perjalanan Gubernur Papua barat. Tutup

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles

error: Content is protected !!