Jakarta – Menteri Investasi/Kepala BKPM – RI, Bahlil Lahadalia dalam Konferensi Pers terkait Perkembangan Investasi di Indonesia pasa Impelementasi UU Cipta Kerja beberapa waktu lalu menegaskan bahwa untuk menggenjot investasi dari berbagai investor di negara-negara tetangga tentunya pemerintah tidak berpihak saja pada negara tertentu.
Menurut dia, bahwa Negara Indonesia menganut asas Ekonomi yang berkeadilan, bukan Cuma Politik berkeadilan karena itu pihaknya berharap melihat persoalan partisipasi investasi di Indonesia secara obyektif, bukan karena suka atau tidak suka, Terang Bahlil Lahadalia,
Nyatanya, Lanjut Bang Bahlil Lahadalia bahwa target realisasi Investasi tahun 2020 ditargetkan adalah Rp. 817 Triliun dan realisasi sebesar Rp. 825 Triliun, dan untuk tahun 2021 dinaikkan menjadi 900 Triliun,
“Alhamdulillah, kami sudah mampu merealisasikan sebesar 75% dan saya (Menteri Investasi-red) yakin realisasi target Investasi di tahun 2021 Insha Allah akan tercapai”, Janji Mantan Ketua Umum BPP HIPMI itu,
Artinya, angka Investasi ini tidak saja bersumber dari negara tertentu namun beberapa negara tetangga yang kemudian sebelum mereka masuk untuk berinvestasi di Indonesia melalui tahapan-tahapan bahkan sesuai syarat yang diminta oleh Indonesia,
“Hari ini dunia sedang focus untuk bagaimana memulihkan ekonomi pasca Covid – 19 dengan focus pada tiga hal, pertama, Ekonomi yang ramah lingkungan, kemudian Green Energy, dan ketiga adalah, Kolaborasi dalam meningkatkan nilai tambah Ekonomi”, Ujar Bahlil Lahadalia.
Dalam skala ini, kata Bahlil, untuk melakukan langkah-langkah strategis yang komprehensif untuk dijadikan sebagai rujukan keputusan negara dalam mewujudkan Visi besar Presiden Joko Widodo terkait dengan transformasi Ekonomi, maka beberapa langkah strategis kedepan yang akan dilakukan.
“Bahwa Indonesia akan konsisten untuk memperhatikan Greend Industry, Green Energy, dan Energy baru yang baru terparukan, blue economy dan itu butuh perencanaan yang panjang dan matang”, Urai Bang Bahlil.
Realisasi investasi di Indonesia masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo tidak hanya berasal dari dalam negeri dan luar negeri.
Tetapi juga di dorong dari pulau jawa sehingga ini menunjukkan pemerataan dalam pembangunan dibidang investasi, “Dari Sumatera, Kalimantan, Maluku, Papua dan Sulawesi”, Urainya.
Saat ini pihaknya berpikir bagaimana mendorong ekspor Nikel untuk melakukan prosesing sampai ke hilir, minimal 60-70 % nilai tambahnya harus terjadi di Indonesia, dan ini sudah dilakukan kerjasama dengan LG sekitar 9,8 (BL) dan 2 bulan sebelumnya dilakukan groundbreaking pabrik pertama, itu dilakukan pasca UU Cipta Kerja”, Jelasnya.
Bahlil Optimis bahwa kedepan Indonesia adalah negara satu-satunya didunia yang membangun ekosistim prosesing bateray dari semua fasilitas dan infrastrukturnya hingga produksi mobilnya, “Boleh-boleh saja tapi semua investor yang masuk ke indonesia sebagian pabrik harus dibangun di indonesia”, Tegasnya.
“Kami tidak pernah mendorong investasi hilirisasi yang hanya dikuasai oleh satu negara, indonesia harus berada pada satu posisi yang terbuka bagi semua negara yang mau berinvestasi selama memenuhi kaidah undang-undang karena indonesia menganut asas ekonomi bebas aktif, tidak hanya politik bebas aktif”, Tegasnya kepada wartawan Konferensi Pers beberapa waktu lalu.
Dijelaskan Mantan Bendahara Umum PB HMI ini bahwa, CATL dari China, LG dari Korea, Foscon dari Taiwan, BASF dan FW dari Eropa, Inggris akan masuk juga, Amerika dan Jepang juga, Jepang sudah hampir masuk, Untuk membantah isu bahwa indonesia hanya berpihak pada satu negara dalam bidang investasi, semua negara yang ingin berinvestasi akan kita berikan kesempatan tetapi harus memenuhi ketentuan undang-undang yang berlaku di negara indonesia.
“Ini sebagai bentuk klarifikasi bahwa tidak benar indonesia hanya focus pada satu negara, bahwa indonesia sekarang mendorong untuk membangun energy baru lewat PLTA, kita akan masuk di Khayang 12.000 Mega, dan masuk di Papua (Sungai Mamberamo) sebesar 23 Mega, kalau ini mampu kita lakukan maka negara indonesia salah satu negara yang akan mendorong menyuplay kawasan-kawasan industry yang pada akhirnya produknya menjadi produk green energy” Urai bekas Loper koran tersebut (Bahlil Lahadalia-red), (ret)